Apakah Aku, Kamu (Kita) “Autis”

Dapat dengan mudah dijumpai seorang anak tertawa, tersenyum, menangis, menggerakkan bibir secara teratur tanpa alasan yang jelas. Penyebab mereka melakukan hal tersebut hanya mereka yang tahu, orang di sekitar hanya bisa melihat dari ekspresi fisik yang nampak saja. Kebanyakan dari mereka asyik dengan dunianya sendiri dan tak mau tahu dunia di sekelilingnya. Interaksi langsung antara manusia satu dan yang lain semakin berkurang. Pengabaian terhadap fenomena di dunia nyata semakin meningkat. Dan nampaknya lama-lama akan lebih banyak lagi orang yang mengalami hal tesebut, kecuali bagi mereka yang mampu mengendalikan diri dan mengetahui waktu dan kondisi yang tepat. Seperti itulah gambaran “autis” pada era Globalisasi yang ingin saya paparkan.

Arti Autis sebenarnya bukanlah kondisi anak yang ajaib atau anak yang membawa keberuntungan, akan tetapi lebih mengarah pada seorang anak yang mengalami sindrome akibat kerusakan saraf sehingga mengganggu perkembangan anak. Anak autis yang sesungguhnya dicirikan dengan minimnya kemampuan seorang anak untuk berinteraksi serta malakukan hubungan sosial dengan lingkungan dan orang di sekitarnya, cara bicara yang lambat dan memiliki kebiasaan gerak-gerik yang unik dan berbeda dari anak normal pada umumnya.
Anak autis tidak berbeda dengan anak yang normal, mereka tetaplah seorang anak yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang-orang di sekelilingnya. Hanya saja mereka tidak menunjukan keinginan tersebut secara langsung karena mereka memiliki kemampuan interaksi & komunikasi sosial yang kurang produktif. Oleh karenanya para ahli memberikan saran kepada orang tua yang memiliki anak autis untuk dapat memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup kepada mereka sedini mungkin (waktu anak-anak) sebagai langkah paling awal mengatasi anak autis.
Mengapa sejak  masih anak-anak? Hal tersebut dikarenakan bahwa pada umumnya tingkat kesuksesan terapi pada anak penderita autis akan lebih besar jika dilakukan sejak si penderita masih anak-anak. Penyakit autis tidak akan tiba-tiba datang pada seseorang yang sudah dewasa, seperti halnya penyakit flu yang disebabkan virus, penyakit diabetes atau penyakit lain yang sering diderita pada tubuh manusia. Jadi, bagi yang sekarang sudah remaja-dewasa dan bisa melakukan hubungan dan berinteraksi sosial secara normal maka bukanlah anak autis kecuali bagi mereka yang mengalami “autis akibat modernisasi teknologi ” terutama akibat teknologi komunikasi.
Apa itu autis akibat modernisasi? Silakan tengok kembali the 1st paragraf. Sebelumnya saya ingin bertanya beberapa point berikut: apakah anda memiliki telefon genggam pribadi; apakah dirumah anda ada PC; apakah anda memiliki facebook; apakah anda memiliki twitter; apakah anda memiliki kaskus; apakah anda memiliki skype; apakah anda memiliki YM; apakah anda memiliki Whatsapp; apakah anda memiliki LINE; apakah anda memiliki Blog; apakah anda memiliki game (offline/online); dan masih banyak lagi pertanyaan yang sebenarnya ingin saya lontarkan terkait faktor pendukung autis di jaman modern ini. Saya yakin, anda sudah paham garis besar dari pokok-pokok pertanyaan saya diatas.
Perlu saya deskripsikan bahwa Autis modern adalah autis yang disebabkan karena pengaruh teknologi yang tidak disadari telah mengontrol kondisi seseorang. Mereka terlalu nyaman dengan keenakan yang disediakan oleh teknologi sehingga susah untuk meninggalkannya. Bentuk autis yang saya gambarkan disini tidak jauh berbeda dengan pengertian autis yang sebenarnya. Jika arti autis yang sebenanrya yaitu suatu keadaan dimana individu memiliki gangguan dan atau ketidakmampuan untuk melakukan hubungan dan kontak sosial dengan orang lain secara terus menerus kecuali jika si penderita sudah sembuh. sedangkan autis modern yaitu suatu kondisi individu susah & mengalami gangguan kontak/hubungan dengan lingkungan sosial hanya saat dan waktu tertentu saja. Kira-kira saat dan waktu seperti apa yang dimaksudkan? Ya! Benar, ketika mereka dimanjakan oleh keasikan jejaring sosial, sms, blogger, game dan berbagai macam piranti teknologi yang mereka miliki.
Perlu ditekankan bahwa disini bukan berati akan membahas larangan menggunakan dan memanfaatkan hasil dari perkembangan dan kemajuan teknologi terkini, penulis juga menyadari bahwa banyak keber manfaatan yang dapat diambil dari perkembangan media teknologi sampai sekarang. Hanya saja coba refleksikan pada diri masing-masing, seberapa sering anda menggunakan & memanfaatkan fasilitas tersebut; untuk tujuan apa; sejauh ini yang anda dapatkan lebih banyak untung atau ruginya; kapan dan dalam keadaan bagaimana anda memanfaatkan dan menggunakannya.Point terakhir saya cetak miring karena memang disitulah permasalahan yang menjadi pokok permasalahan autis modern.
Waktu pemanfaatan fasilitas teknologi sampai saat ini sudah mulai mengancam retaknya hubungan antara manusia satu dan lainnya. Coba pikirkanlah, sering kita tersakiti karena orang yang sedang kita tanya serius tetapi orang tersebut tidak menjawab atau menjawab tapi singkat dan tidak nyambung karena mereka sedang asik dengan kenikmatan mereka sendiri. Bisa saja sedang asik telfon, sms, berselancar di jejaring sosial, game dan lain sebagainya.  Sungguh sakit orang yang bertanya tidak mendapatkan respon sesuai harapan, terlebih jika yang bertanya adalah orang yang lebih tua dari yang di tanya seperti orang tua, guru, kaka kelas dan atasan kerja. Apakah itu yang diartikan homo homini socius (manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain)?
Sesekali mungkin tidak akan berdampak banyak pada hubungan sosial antar individu, akan tetapi jika kejadian tersebut berlanjut akan muncul berbagai macam problem diantaranya yaitu (1) minimnya hubungan sesama manusia secara langsung contohnya yaitu berkurangnya komunikasi tatap muka dengan anggota keluarga atau sahabatnya, (2) berkurangya orang dekat/akrab disekitarnya, (3) kurang tanggap terhadap perubahan sosial dilingkungannya/egois (kurang mampu ber-simpati dan ber-empati), (4) berkurangnya perhatian dari orang di dekatnya, (5) kurangnya kemampuan dan keterampilan berkomunikasi secara langsung (tatap muka), (6) berkurangnya kemampuan tampil dimuka umum, (7) kecanduan akan kenikmatan fasilitas yang disediakan teknologi sehingga menciptakan individu yang dimanjakan dan kurang mau bekerja keras.

Semua pilihan masa depan untuk menjadi individu yang mampu berkomunikasi tatap muka dengan baik, disayang, diperhatikan, disegani dan dihormati oleh orang disekitar anda ada di tangan anda. Mulailah menggunaan fasilitas yang disediakan dengan bijak dan tepat waktu serta tempatnya. Manfaatkanlah kesempatan didepan anda sekarang untuk bercerita dan bersenda gurau secara langsung dengan orang di dekat anda, selagi kesempatan itu masih terbuka lebar. Percayalah, bahwa orang di dekat anda saat ini adalah orang yang  baik, enak & nyaman untuk diajak cerita-bercanda, bisa mengerti apa yang anda rasakan saat ini dan yang pasti mereka (orang di dekatmu) adalah satu dari sekian orang yang bersedia langsung memberikan bantuan dalam bentuk  tindakan nyata hanya untuk membuat sahabat/kawan terbaiknya bisa tersenyum. Mulailah dari hal-hal paling kecil dan Berdoalah,.

Comments