Konseling
behavioristik menurut Winkel (1991: 397) berpangkal pada beberapa keyakinan
tentang martabat manusia yang sebagian bersifat falsafa dan sebagian lagi
bersifat psikologis yaitu:
1. Manusia
mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik buruk, tepat atau salah. Itulah
yang merupakan cirri khas pada kepribadian.
2. Manusia
mampu untuk mengatur dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia
mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri, menangkap apa yang dilakukannya.
4. Manusia
dapat empengaruhi perilaku orang lain dan dirinya dapat dipengaruhi oleh
perilaku orang lain.
Atas dasar
diatas konselor harus dapat mengarahkan perilaku-perilaku klien.
1. Konsep
pokok
Hal yang mendasar dalam konseling
behavior adalah prinsip penguatan sebagai suatu kreasi dalam upaya memperkuat
atau memdukung suatu perilaku yang dikehendaki. Jadi perubahan tingkah laku
seseorang diperoleh karena adanya belajar dan yang terpenting dalam belajar
menurut teori conditioning adalah adanya latihan-latihan yang kontineu
2. Proses
konseling
Menurut Krumboltz dan Thoresan,
konseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar
memecahkan masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Menurut
Krumbolt dalam konseling pemahaman itu diperlukan akan tetapi tidak mutlak
karena yang penting adalah klien harus belajar untuk menyelesaikan kesulitannya
dan pemahaman hanya diperlukan pada saat membentuk pengalaman belajar.
3. Teknik
teori
Konseling behavioris ini
digunakan John D. Krumboltz untuk mengubah prilaku klien supaya dapat
memecahkan masalahnya dengan cara memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
belajar. Karena krumboltz memandang bahwa prilaku klien merupakan hasil dari
belajar. Dalam teori konseling ini menggunakan empat pendekatan:
a.
Pendekatan operant lerning. Hal yang penting
adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
b.
Metode unitatif lerning atau sosial modeling.
Diterapkan oleh konselor dengan merancang suatu perilaku adaptif yang dapat
dijadikan model oleh klien. Seperti video, film, orang atau biografi.
c.
Metode kognetif learning merupakan metode yang
berupa pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dan klien.
d.
Metode emotional learning. Diterapkan pada
individu yang mengalami suatu kecemasan.
Dengan
menggunakan teori behavioristik diharapkan konselor mampu membantu klien dalam
melakukan perubahan tingkah laku yang mungkin apabila tingkah laku tersebut
tidak di ubah, masalah-masalah yang dihadapi klien tidak akan terselesaikan.
Krumboltz et al. juga memberikan beberapa observasi untuk konseling karir
sebagai berikut:
1. Pembuatan
keputusan karir merupakan keterampilan yang dipelajari.
2. Individu
yang mengaku telah melakukan pilihan karir memerlukan bantuan juga (pilihan
karirnya mungkin telah dilakukan berdasarkan informasi yang tidak akurat dan
alternative yang keliru).
3. Keberhasilan
diukur berdasarkan keterampilan yang telah ditunjukkan mahasiswa dalam membuat
keputusan (diperlukan evaluasi terhadap keterampilan membuat keputusan).
4. Klien
berasal dari berbagai macam kelompok.
5. Klien
tidak usah merasa bersalah jika mereka tidak yakin tentang karir apa yang harus
dimasukinya.
6. Tidak
ada satu okupasi yang dapat dipandang tepat untuk semua orang.
Teori
Pengambilan Keputusan Behavioral (Krumboltz)
Pada tahun
1979 teori Krumboltz, berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura
(1977), diperkenalkan. Meskipun ide Bandura mengenai perolehan perilaku telah
berubah sampai pada beberapa tingkat tertentu (contoh, Bandura, 1986),
Krumboltz tidak membuat perubahan yang berarti dalam teorinya. perbedaan antara
teori-teori yang berasal dari teori pembelajaran dan teori kepribadian-dan-faktor
adalah teori tersebut tidak begitu memperhatikan peran kepribadian, seperti
minat dan nilai-nilai, dalam proses pengambilan keputusan karir. tetapi lebih
memfokuskan pada proses pembelajaran yang mengarahkan pada keyakinan dan minat
diri serta bagaimana hal ini mempengaruhi proses pengambilan keputusan karir.
Teori ini
bermaksud menjawab pertanyaan mengapa orang memasuki lapangan pekerjaan
tertentu, mengapa pada tahap tertentu perkembangan orang tertentu. Munculnya
teori ini berasal dari teori belajar social umum yang tokoh utamanya adalah A.
Bandura. Teori belajar social ini sendiri berkembang dari teori behaviorisme
dan teori tentang penguatan. Teori krumboltz, menganggap penting pribadi dan
lingkungan sebagai factor-faktor yang menetukan keputusan orang tentang karir.
Faktor individu berkenaan dengan apa yang sudah ada pada diri seseorang,
seperti jenis kelamin, rupa atau tampakan fisik dan kemampuan-kemampuan unsur
bawaan. Sehubungan dengan karier, lingkungan mencakup lingkungan kerja, pasar
kerja, syarat kerja, peraturan dan undang-undang kerja, serta hal-hal lain di
dalam masyarakat, yang berpengaruh pada kehidupan kerja seperti adat kebiasaan,
perang, politik, ekonomi. Pribadi dan lingkungan berinteraksi, dan interaksi
ini menimbulkan pandangan diri orang yang bersangkutan dan ini mempengaruhi
tingkah laku kerjanya. Kelangsungan tingkah laku ini dibentuk oleh penguatan
(gamjaran) atau hukuman.
Teori belajar sosial menyatakan
bahwa, kepribadian dan tingkah laku orang itu, lebih merupakan hasil belajar
dari pada hasil pembawaan dari lahir. Orang
yang mengalami kejadian yang mengganjar atau sebaliknya dan di dalam
kontak itu, individu merespons terhadap kejadian yang dialaminya tersebut.
Teori Krumboltz yang disebutkan
secara umum di atas, mengenali empat kategori faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan karier sesorang yaitu, factor-faktor genetik, lingkungan,
belajar, dan ketrampilan menghadapi tugas atau masalah.
1. Faktor
Genetik
Faktor ini dibawa sejak lahir
berupa wujud dan keadaan fisik dan kemampuan. Keadaan ini bisa membatasi
preferensi dan ketrampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan
akhiranya untuk bekerja. Teori ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu
terlahir memiliki kemampuan, besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari
pengalaman pergaulannya dengan lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya.
Kemampuan- kemampuan khusus seperti kecerdasan, bakat, music, demikianpun gerak
otot, merupakan hasil interaksi pradisposisi bawaan dengan lingkungan yang
dihadapi seseorang.
2. Kondisi Lingkungan
Faktor lingkungan yang
berpengaruh pada pengambilan kerja, berupa kesempatan kerja, kesempatan
pendidikan dan pelatihan, kebijaksanaan dan prosedur seleksi, imbalan,
undang-undang, dan peraturan perburuhan, peristiwa alam, sumber alam, kemajuan
teknologi, perubahan dalam organisasi sosial, sumber keluarga, sistem
pendidikan, lingkungan tetangga dan masyarakat sekitar, pengalaman belajar.
Faktor-faktor ini umumnya ada di luar kendali individu, tetapi pengaruhnya bisa
direncanakan atau tidak bisa direncanakan.
3. Faktor
Belajar
Kegiatan yang paling banyak
dilakukan manusia adalah belajar. Pengalaman belajar ini mempengaruhi tingkah
laku dan keputusan orang, antara lain tingkah laku pilihan pekerjaan. Ada dua
jenis belajar, yaitu belajar instrumental dan asosiatif. Belajar instrumental
ialah belajar yang terjadi melalui pengalaman orang waktu berada di dalam suatu
lingkungan dan ia mengerjakan langsung lingkungan itu, dan ia mendapatkan sesuatu
sebagai hasil dari tindak perbuatannya itu, yaitu hasil yang dapat diamatinya.
Tiga komponen penglaman belajar ini adalah antiseden ialah segala sesuatu
mengenai diri, lingkungan, kejadian yang hadir sebelum, atau mendahului, dan
ada sangkut pautnya dengan perbuatan (respons). Respons perbuatan ialah apa
yang dilakukan orang, baik yang tampak maupun yang tidak. Konsekuensi ialah
segala apa yang terjadi setelah perbuatan dilakukan atau tindakan diambil, yang
kelihatan langsung sebagai hasil atau akibat yang tidak kelihatan.
Perbuatan belajar asosiatif ialah
pengalaman di mana orang mengamati hubungan antara kejadian-kejadian dan mampu
memprediksi apa konsekuensinya. Individu
melihat hubungan antara stimulus-stimulus yang ada di lingkungan.
Belajar dengan mengamati model yang
sebenarnya atau model fiksi termasuk
jenis pengalaman belajar asosiatif. Stimulus netral kalau dipasangkan dengan
stimulus yang mengandung emosi positif, maka stimulus netral itu akan memiliki
sifat positif juga dalam pikiran si pengamat. Model fiksi itu bisa berupa
ucapan orang, atau bacaan. Seseorang tidak menyukai karier perawat, sebagai
asosiasi atau atas putus cintanya karena merasa dikhianati oleh seorang gadis
yang sudah bekerja sebagai bidan.
4. Keterampilan menghadapi tugas
(task-approach skills)
Ketrampilan ini dicapai sebagai
buah interaksi atau pengalaman belajar, ciri genetik, kemampuan khusus (bakat),
dan lingkungan. Termasuk di dalam keterampilan ini adalah standar kinerja,
nilai kinerja, kebiasaan kerja, proses persepsi dan kognitif (perhatian, daya
ingat), set mental dan respon emosional. Dalam pengalamannya, individu
menerapkan keterampilan ini untuk menghadapi dan menangani tugas-tugas baru.
Konsep lain dalam teori Krumboltz
adalah Generalisasi Observasi-Diri Self-Obsrvation Generalization) dan
Generalisasi Pandangan dunia (World-View Generalization). Generalisasi
observasi diri adalah generalisasi yang ditarik pada hasil belajar. Orang itu
terus-menerus melihat melihat dirinya, yaitu sikapnya, keterampilannya, dan
menilai apa-apa yang dilakukan dan bagaimana kinerjanya. Generalisasi pandangan
atas dunia, timbul sebagai hasil belajar dari pengalaman ketika orang
berhubungan dengan atau berada di dalam lingkungan. Generalisasi ini berguna
untuk mengamalkan apa yang akan terjadi di dalam lingkungan lain atau di waktu
yang akan datang.
Keterampilan
Merancang Tugas dan Pengambilan Keputusan Karir
Menurut
Krumboltz dan Baker (Mitchell dan Krumboltz, 1984), hal yang penting dalam
pengambilan keputusan kerja adalah kemampuan untuk:
1. Mengenal
situasi keputusan penting.
2. Menentukan
apa keputusan atau tugas yang dapat dikelola dan yang realistis.
3. Memeriksa
dan menilai secara cermat dan tepat generalisasi observasi-diri dan
generalisasi pandangan atas dunia.
4. Menyusun
alternate-alternatif yang luas dan beragam.
5. Mengumpulan
informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif itu.
6. Menentukan
sumber observasi mana yang paling andal, cermat, dan relevan.
7. Merencanakan
dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan tersebut.
Menurut teori
belajar, dalam pengambilan keputusan karir, orang berada di lingkungan
tertentu, dengan membawa ciri-ciri bawaan dari keturunannya dan menghadapi berbagai
pengalaman belajar. Orang memang tidak bisa mengatur sifat bawaannya, tetapi
bisa mempengaruhi lingkungan dan pengalaman belajarnya. Ini kemudian
menimbulkan pengalaman-pengalaman baru dan pengambilan keputusan berikutnya.
Teori belajar
tentang keputusan karir berguna untuk mengenali kondisi-kondisi lingkungan dan
peristiwa yang memberikan pengalaman belajar kepada seseorang untuk menyusun
rencana karir. Teori ini tidak menentukan urutan langkah-langkah tertentu yang
harus ditempuh, karena ada banyak jalan yang bisa membawa orang ke keberhasilan
menyusun rencana. Hal yang penting adalah bahwa jalan itu memberikan kepuasan.
Teori Krumboltz termasuk dalam pendekatan belajar sosial untuk perkembangan
karir.
Kesimpulannya,
individu dilahirkan ke dunia dengan karakteristik generik tertentu: ras, jenis
kelamin, dan kemampuan atau ketidakmampuan khusus. Seiring dengan berjalannya
waktu, individu mengahadapi peristiwa-peristiwa dan kondisi lingkungan,
ekonomi, sosial dan budaya. Kesuksesan-kesuksesan dan kegagalan-kegagalan yang
tumbuh dalam kondisi ini mempengaruhi individu dalam memilih serangkaian
tindakan dalam pengalaman-pengalaman pembelajaran selanjutnya, meningkatkan
kecenderungan untuk membuat pilihan serupa dengan yang telah dilakukan yang
mengarahkan kepada kesuksesan dan menghindari pilihan-pilihan serupa yang
mengakibatkan kegagalan. Proses ini dipesulit dengan aspek ketidakstabilan
karena indiviu berubah sebagai hasil dari serangkaian pengalaman belajar yang
terus berlanjut, dan situasi juga berubah karena dinamika kondisi-kondisi
lingkungan, budaya dan sosial.
Krumboltz et
al. menekankan bahwa pengalaman belajar yang unik dari masing-masing individu
selama hidupnya menyebabkan berkembangnya pengaruh-pengaruh primer yang
mengarahkan pilihan karirnya. Pengaruh tersebut mencakup:
1. Penggeneralisasian
self berdasarkan pengalaman dan kinerja yang terkait dengan standar yang
dipelajari.
2. Keterampilan
yang dipergunakan dalam menghadapi lingkungan, dan
3. Perilaku
memasuki karir seperti melamar pekerjaan atau memilih lembaga pendidikan atau
pelatihan
Pembentukan
keyakinan dan generalisasi individu merupakan hal yang sangat penting dalam
model social-learning. Peranan konselor adalah menelusuri asumsi-asumsi dan
keyakinan individu dan mengeksplorasi alternative keyakinan dan tindakan yang
perlu dilakukan. Membantu individu memahami sepenuhnya validitas keyakinan
individu merupakan komponen utama model social-learning. Secara spesifik,
konselor sebaiknya berusaha mengatasi masalah-masalah berikut:
1. Individu
mungkin tidak dapat mengakui bahwa masalah yang dihadapinya dapat diatasi
(mereka berasumsi bahwa sebagian besar masalah merupakan bagian dari kehidupan
yang normal dan tidak dapat diatasi).
2. Individu
mungkin tidak dapat melakukan upaya yang dibutuhkan untuk membuat keputusan
atau memecahkan masalah (mereka tidak banyak berusaha mengeksplorasi
alternatif).
3. Individu
mungkin tidak menyadari adanya alternative yang memuaskan (mereka melakukan
overgeneralisasi asumsi yang salah).
4. Individu
mungkin memilih alternative yang buruk atau alas an yang tidak tepat (individu
tidak mampu mengevaluasi karir secara realistic karena keyakinan yang salah dan
ekspektasi yang tidak relistik).
5. Individu
mungkin mengalami kekecewaan dan kecemasan akibat persepsi bahwa mereka tidak
dapat mencapai tujuan yang diinginkannya (tujuannya mungkin tidak realistik
atau konflik dengan tujuan lain).
Status
dan Kegunaan Teori Krumboltz
Teori
Krumboltz (Krumboltz, 1996; Mitchell & Krumboltz, 1996) hanya menarik
perhatian sebagian kecil peneliti dan praktisi meskipun banyak yang
merekomendasikannya. Teori ini cukup atraktif sebagai dasar konseling karir.
Krumboltz menolak gagasan tradisional bahwa tujuan konseling karir adalah untuk
memilih pekerjaan berdasarkan karakter personal pembuat keputusan. Tetapi,
Krumboltz menyarankan bahwa tujuannya adalah untuk memfasilitasi perolehan
pengetahuan tentang diri dan skill yang dibutuhkan untuk menangani dunia yang
selalu berubah yang dipenuhi dengan ketidakpastian. Dia mengembangkan Career
Beliefs Inventory (Krumboltz, 1991) dan buku catatan yang menyertainya (Levin,
Krumboltz, & Krumboltz, 1995) untuk membantu pembaca mengidentifikasi
keyakinan mereka dan memadukannya dengan minat mereka. Menurut Krumboltz,
Individu yang tidak belajar untuk mengambil keuntungan dalam kesempatan
pembelajaran yang diberikan kepada mereka dalam pelatihan dasar berkelanjutan
cenderung untuk membuat keputusan tidak bagus. Yang paling penting, konseling
karir harus menyiapkan klien untuk mengenali dan mengambil keuntungan dari
kesempatan pembelajaran yang diberikan pada mereka. Konseling karir harus
dilakukan dengan empat pertimbangan.
1. Para
klien harus siap untuk mengembangkan pengetahuan dan keahlian mereka
dibandingkan keadaan mereka ketika pertama kali mereka masuk proses konseling.
Konselor karir harus membantu klien untuk memetakan status mereka dan
memberikan garis besar rencana untuk perubahan dan pengembangan. Dengan adanya
rencana untuk berubah. Para klien mengembangkan struktur kesempatan mereka.
2. Para
klien harus siap dengan sebuah kondisi umum pekerjaan yang sedang berubah.
3. Meskipun
diagnosa permasalahan pengembangan karir saat ini adalah sebuah langkah dalam
proses konseling karir, hal ini tidak cukup. Para klien harus didorong untuk
menghadapi tekanan dunia yang selalu berubah.
4. Para
konselor karir harus lebih fokus dan membantu klien menangani serangkaian
masalah pekerjaan yang meeka hadapi. Klien harus memahami nilai dan hal yang
memuaskan mereka. Mereka harus meraih kontrol hidup mereka, untuk mampu
menangani permasalahan di tempat kerja, termasuk bagaimana maju di tempat kerja
dan rencana untuk berhenti
DAFTAR PUSTAKA
Marniawarih, Dayang. 2010.
http://bismillah-nonong.blogspot.com/2010/04/teori-teori-konseling.html.
Diunduh tanggal 25 September 2010.
Munandir. 1996. Program Bimbingan
Karir di Sekolah. Jakarta: Jalan Pintu Satu.
Tanpa
Nama. Tanpa Tahun.
http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20PEND.%20LUAR%20BIASA/195106011979031%20-%20DIDI%20TARSIDI/Makalah%26Artikel_Tarsidi_PLB/Teori%20Perkembangan%20Karir.pdf.
Diunduh
tanggal 25 September 2010.
Tanpa Nama. 2009.
http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/02/teori-konseling-behaviroral.html.
Diunduh tanggal 25 September 2010.
Tarsidi, Didi. 2007.
http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/10/teori-perkembangan-karir.html. Diunduh tanggal
25 September 2010.
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan
dan Koseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: Andi Offset.
Comments