Teori
trait and factor tersusun melalui perkembangan yang lama dan berasal dari
sumbangan sejumlah pakar. Menjadi awal dari pikiran ini adalah gagasan dari F.
Parsons dalam membantu orang-orang muda yang mencari pekerjaan. Nama-nama lain
yang ikut menyumbang bagi pengembangan teori trait and factor ini
adalah D.G. Paterson, J.G. Darley, E.G. Williamson.
Para ahli-ahli tersebut
memberikan sumbangan besar dalam kemajuan psikologi diferensial yang menekankan
pengungkapan cirri-ciri kepribadian melalui alat ukur ilmiah, yang berlandas
pada paham dan pengakuan adanya perbedaan antarpribadi (perbedaan
perseorangan). Psikologi diferensial bertujuan untuk mengetahui apa kaitan dan
arti penting perbedaan-perbedaan itu. Hal-hal itulah yang juga dibahas dalam
teori pengembangan karir trait and factor.
Yang
dimaksud dengan Trait adalah suatu cirri yang khas bagi
seseorang dalam berpikir, berperasaan, dan berperilaku. Ciri-ciri itu dapat
diketahui melalui berbagai tes psikologis, untuk selanjutnya data hasil testing
psikologis tersebur dianalisis dengan teknik statistik yang disebut factor
analysis. Sedangkan ciri-ciri dasar yang ditemukan disebut factor.Jadi
teori Trait and Factor adalah pandangan yang mengemukakan bahwa kepribadian
seseorang dapat didiskripsikan denagn mengidentifikasi sejumlah ciri,
berdasarkan hasil analisis tes psikologis yang mengukur dimensi kepribadian
seseorang.
Para
teoritikus aliran ini mengemukakan, peningnya kecocokan antara ciri pribadi
orang dan persyaratan kerja; makin cocok, makin besar peluang orang
itu mencapai produktivitas dan memperoleh kepuasaan. Yang menjadi masalah,
adalah bagaimana menilai ciri kepribadian dan memperoleh informasi pekerjaan
yang andal. Untuk pengambilan keputusan kerja Parsons mengemukakan tiga hal
serangkai yaitu: pribadi-pekerjaan-kecocokan (pribadi dengan pekerjaan).
Individu perlu dibantu memperoleh pemahaman akan kekuatan dan kelemahan
dirinya, pemahaman yang lengkap mengenai syarat-syarat untuk berhasil dalam
suatu pekerjaan, dan berlandaskan informasi dan pemahaman itu, menerapkan
“penalaran yang benar” dalam proses pengambilan keputusan (Crites,1981; Brown.
1984). Jadi akar akar teori trait and factor ini adalah pandangan tentang
kecocokan cirri-ciri pribadi dengan pekerjaannya, yang menurut Crites tersusun
atas tiga asumsi, yaitu:
1. Dengan ciri psikologisnya yang khas, bagi
setiap orang yang paling cocok adalah bekerja di suatu jenis pekerjaan
tertentu.
2. Sekelompok pekerja dalam
pekerjaan-pekerjaan yang berlainan mempunyai ciri psikologis yang berlainan
pula.
3. Penyesuaian vokasional berbeda-beda,
selaras dengan seberapa jauh kesesuaian antara cirri-ciri pekerja dan tuntutan
pekerjaan.
Dalam
perkembangannya selanjutnya, teori trait and factor mengalami
penyesuaian-penyesuain dari rumusannya yang semula, yaitu pilihan jabatan
berdasarkan pencocokan sifat pribadi dengan syarat jabatan. Paham yang kemudian
menyatakan bahwa pilihan pekerjaan tidak sekedara soal pencocokan sifat diri
dengan pekerjaan. Dilakukan adaptasi teori ini, dengan mempertimbangkan
segi-segi kehidupan yang lebih luas termasuk kognitif, nonkognitif, dan bahwa
tingkah laku orang itu berorientasi dengan tujuan. Dipertimbangkan pula nilai
sebagai faktor atau sumber tingkah laku. Komitmen nilai ini dikenali dengan
menggunakan tes-tes kepribadian.
Ciri
dari teori Trait and Factor ini adalah asumsi bahwa orang memiliki pola
kemampuan dan minat yang dapat diketahui melalui testing, dapat juga diselidiki
kualitas-kualitas apa yang dituntut dalam berbagai bidang pekerjaan. Seseorang
dapat menemukan jabatan yang cocok baginya dengan cara mengkorelasikan
kemampuan, potensi dan wujud minat yang dimilikinya dengan kualitas-kualitas
yang secara objektif dituntut bila akan memegang jabatan tertentu. Maka,
pandangan ini terutama menyoroti bagaimana seseorang akan membuat pilihan
karier (vocational choice) yang dapat dipertanggungjawabkan.
Banyak ahli dalam dalam psikologi jabatan mempertanyakan asumsi-asumsi yang
melandasi pandangan ini, yaitu “bagi setiap orang hanya terdapat satu jabatan
yang cocok baginya” dan pilihan jabatan (career choice) terutama
didasarkan pada identifikasi kemampuan pertemuan individual melalui testing”.
Kedua asumsi ini sangat membatasi jumlah faktor yang dapat ditinjau dalam
proses perkembangan karir dan karena itu teori trait and factor dinilai tidak
memberikan banyak sumbangan untuk memperoleh konsepsi yang menyeluruh tentang
proses perkembangan karir seseorang. Namun, Vernon G. Zunker dalam bukunnya
(1986) mengutip karangan D. Brown (1984), yang mengatakan bahwa kalangan
pendukung pandangan trait and factor sebenarnya tidak pernah membela penggunaan
testing secara berlebihan dalam konseling, dan bahwa Williamson sendiri sudah
memandang data lain, di luar data hasil testing, sebagai data yang penting
dalam konseling karir, misalnya pengalaman kerja dan latar belakang sosial
budaya.
Dalam
Winkle dan MM Sri Hastuti (2007:414) terdapat beberapa kelemahan dari teori
trait and factor, yaitu sebagai berikut:
a. Kualifikasi yang dituntut dari seorang
pekerja bukan hanya meliputi kemampuan kognitif dan pola minat, melainkan juga
sifat-sifat kepribadian seperti motivasi, yang pafa hakekatnya cirri-ciri
kepribadian itu belum dapat diukur secara pasti.
b. Kurang diindahkan adanya pengaruh dari
perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya (cultural values), nilai-nilai
kehidupan, dan cita-cita hidup, terhadap jabatan perkembangan anak dan remaja
(vocational development) serta pilihan program atau bidang studi dan bidang
pekerjaan (vocational choice)
c. Diandaikan bahwa pilihan jabatan dan
pilihan program studi terjadi sekali saja dan inipun bersifat keputusan
terakhir, dengan berpikir secara rasional padahal pilihan seperti ini tidak
dibuat sekali saja tapi dibuat secara bertahap dari pilihan intermediar sampai
pada pilihan definitive dan bukan hanya berdasarkan proses rasional berpikir
saja.
d. Kurang diperhatikan peranan keluarga
dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan
harapan, dambaan, dan memberikan pertimbangan untung rugi sambil menunjuk pada
tradisi kelarga.
e. Kurang diperhitungkan perubahan-perubahan
dalam kehidupan masyarakat, yang ikut memperluas dan membatasi jumlah pilihan
yang tersedia bagi seseorang.
f. Kurang disadari bahwa konstelasi
kualifikasi yang dituntut untuk mencapai sukses di suatu bidang pekerjaan atau
bidang studi dapat berubah selama tahun-tahun yang akan datang.
g. Pola cirri-ciri kepribadian tertentu belum
pasti sangat membatasi jumlah kesempatan yang terbuka bagi seseorang, karena
orang dari berbagai pola ciri kepribadian dapat mencapai sukses dibidang yang
sama.
Meskipun
pandangan trait and factor ini mengandung beberapa kelemahan sebagaimana
dijelaskan diatas, namun pandangan ini mempunyai relevansi bagi bimbingan karir
dan bimbingan konseling karir di institusi pendidikan. Data tentang diri
peserta didik sendiri (data psikologis) merupakan bahan pertimbangan penting
dalam merencanakan karir, asal kata itu tidak hanya dibatasi pada data hasil
testing psikologis. Demikian pula data tentang kualifikasi-kualifikasi yang
dibutuhkan dalam memegang suatu jabatan merupakan sebagian data tentang
lingkungan hidup (data sosial) yang harus ikut dipertimbangkan. Di samping itu,
pemikiran tentang pencocokan antara data psikologis dan data sosial dalam
membuat pilihan jabatan dapat membantu konseli dan konselor, asal mencocokan
itu tidak diartikan sebagai usaha untuk menemukan satu-satunya jabatan yang
pasti cocok, melainkan sebagai usaha untuk menemukan berbagai alternatif
pilihan yang kemudian dipertimbangkan pro dan kontranya.
Munandir. 1996. Progam Bimbingan
Karir di Sekolah. Jakata : LP3TK.
No Name.2010. Konseling Trait Factor. On
line
http://www.zonependidikan.co.cc [acceced
at 26/09/2010 ]
Tarsidi, Didi. 2007. Teori
Perkembangan Karir. On line
http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xhtml1-strict.dtd [acceced
at 26/09/2010 ]
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan
Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta : Andi.
Winkel, W.S & Hastuti, Sri. 2007. Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.
Sri. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi.
Comments