Memilih yang Berkualitas



Memilih, menentukan satu dari beberapa hal yang ada di depanmu saat ini. Memilih sering menimbulkan kegundahan, menimbulkan kekacauan dan ketidakjelasan rasa. Memilih cenderung memberikan ketegangan emosi, terlebih memilih di antara hal yang sama-sama disukai. Saat terjadi hal demikian, manusia cenderung untuk tidak memilih salah satu dari keduanya, melainkan memaksakan diri untuk sebisa mungkin dapat memilih kedunya. Sedangkan hal yang sebenarnya perlu dipahami adalah bahwa kelak akan datang suatu kondisi yang mewajibkan kamu untuk memilih satu di antara dua, dan bukanya memilih dua di antara dua karena itu bukanlah memilih, tetapi memanjakan diri untuk tidak berani memilih.

Kali ini akan saya bahas mengenai "memilih" dari teori "Counseling Therapy" model pendekatan konseling “Reality Therapy”, bukan dari teori lain atau dari pandangan agama tertentu. Choice Theory yang ada dalam teori Reality Therapy memiliki kata-kata mujarab yaitu "You can choose your choice, but you can’t choose consequence of your choice". Kamu memang dapat memilih manapun dari pilihan yang ada; memilih apapun yang kamu inginkan dan kamu sukai; memilih apapun yang kamu butuhkan dan kamu akan penuhi; memilih mana yang kamu suka dan kamu benci; memilih mana kebahagiaan dan kesedihan; memilih mana yang cocok dan tidak cocok. Dalam hidup pasti kita akan menemukan sebuah pilihan, hanya yang menjadi catatan adalah kita tidak bisa memilih konsekuensi atau akibat dari pilihan kita. Contohnya kasusnya adalah sebagai berikut: Saat ini saya sedang dihadapkan pada pilihan untuk diterima di dua tempat kerja yang berbeda. Satu di SMP A, dan yang kedua di SMP B. Secara sederhana maka orang yang berakal pasti akan mempertimbangkan srenght (kekuatan/ kelebihan) dan weaknese (kelemahan/ kekurangan) dari dua pilihan tersebut. Adapun yang biasa dipertimbangkan di antaranya besar gaji, jarak tempuh/ lokasi sekolah dari rumah, jumlah jam mengajar, tingkat kesejahteraan, karakter siswa, jenjang karier, rekan kerja, dan terahir adalah iklim pembelajaran sekolah/ kualitas sekolah. 
Saya tidak akan memaparkan mana yang harus Anda pilih. Saya yakin Anda sudah bisa memutuskan mana yang akan Anda pilih. Dan saya yakin Anda akan memilih yang menurut prediksi Anda lebih menguntungkan untuk saat ini dan masa depan. Tetapi yang perlu Anda garis bawahi adalah "Anda tak bisa memilih konsekuensi atau akibat dari pilihan Anda, melainkan Anda hanya bisa memprediksikan saja". Masa depan bukan tercipta dari prediksi Anda, masa depan tercipta dari sekumpulan aktifitas orang yang saling mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari atas izin Yang Kuasa. Sebagai contoh dari kasus di atas, misal Anda menjatuhkan pilihan pada SMP B yang menurut Anda lebih menjanjikan dan menguntungkan. Ternyata setelah berjalan beberapa waktu, Anda merasakan apa yang Anda prediksikan tidak muncul. Misalnya jam Anda mendadak dikurangi, dan suasana kerja kurang menyenangkan karena banyaknya tuntutan dari sekolah. Anda menyesal dan menginginkan untuk keluar dari tempat kerja di SMP B, dan ingin pindah ke SMP A yang sudah Anda abaikan sebelumnya. 
Menurut prediksi Anda, ternyata sudah ada teman Anda yang mengisi kekosongan guru di SMP A yang sudah Anda abaikan sebelumnya. Menurut Anda, teman Anda terlihat lebih bahagia dari pada Anda, mendapatkan fasilitas yang lebih dari sekolah dan terlihat lebih bahagia dengan lingkungan kerjanya. Anda merasa berkecamuk, Anda merasa sedih dan menyesal kenapa dulu tidak memilih kerja di SMP A tersebut. Inilah masalah baru, inilah sumber permasalahan baru Anda yaitu "menyesal dengan pilihan Anda sendiri."
Saya tidak pernah akan mengajarkan anda untuk memilih dan Anda "menyesal dengan pilihan Anda sendiri". Apakah Anda sering menjatuhkan pilihan kemudian menyesal? Jika hal itu terjadi maka saya akan bangga berkata, "andalah yang menciptakan hidup Anda gagal karena Anda salah memilih". Bukan itu, bukan itu, dan bukan penyesalan itu yang saya harapkan dari Anda, telebih setelah Anda membaca tulisan ini.
Kembali pada konsep awal dari teori yang akan saya sampaikan yaitu bahwa "You can choose your choice, but you can’t choose consequence of your choice".  Anda tidak pernah diijinkan untuk memilih konsekuensi dari setiap pilihan Anda, dan Anda memang hanya sekedar bisa memprediksikan yang belum nyata kebenarannya. Theory lain yang ingin saya sandingkan dengan theory  di atas yaitu "Responsibility, Right, dan Reality". Anda tidak diijinkan menyesal, tetapi Anda diperkenankan dan diwajibkan untuk bersikap dan bertindak full responsibility (penuh tanggungjawab), Right (benar dan sesuai dengan aturan/norma), dan reality (fokus pada kehidupan yang nyata dan tidak mempedulikan hal yang hanya dalam angan Anda). 
Responsibility menuntut Anda benar-benar bertanggungjawab pada pilihan Anda. Bentuknya tanggunajawab pada contoh kasus di atas adalah "bekerja dengan tulus, dengan sungguh-sungguh, profesional tanpa mengurangi kualitas menjadi seorang guru" baik saat prediksi Anda benar atau prediksi Anda tidak benar sehingga Anda merasa menderita. Orang dengan tingkat responsibility yang tinggi pada pilihannya, memiliki kecenderungan mampu mengontrol diri secara positif, mampu menata aktifitas yang dijalaninya, serta kegiatan yang dilakukan cenderung mengarah pada usaha mencapai ketenangan dan kebahagiaan.
Right mengacu pada hal yang Anda pikirkan, lakukan dan rasakan sesuai nilai kebenaran- norma atau aturan yang ada atau tidak. Jika Anda memutuskan mendadak keluar dari tempat kerja baru Anda, padahal Anda baru bekerja 2 minggu di tempat tersebut, coba pertimbangkan nilai kenormatifan dan etika Anda. Apakah Anda sudah memenuhi kriteria right?. Jika belum memenuhi kriteria right, mulailah dari sekarang untuk bertindak pada pedoman right baik pada etika, norma, atau sekedar aturan yang tidak tertulis.
Reality mengacu pada bahwa Anda hanya diperkenankan memandang kehidupan yang memang Anda alami saat ini, Anda hadapi saat ini. Tahukah Anda, Anda hanya perlu menghadapi kehidupan nyata saat ini, mencoba mengatasi setiap kesulitan yang ada dengan segala kelebihan yang anda miliki saat ini?. Tidak akan berkontribusi positif ketika Anda memandang dunia khayalan Anda yang tidak terjadi sama sekali, Anda hanya perlu memandang kembali, menghadapi dan menyelesaikan tantangan yang ada dalam kehidupan nyata Anda. Dari kasus, dapat dicontohkan bahwa Anda tidak perlu memandang bahwa teman Anda lebih enak dan lebih nikmat, mungkin Anda hanya sekedar tahu luarnya saja alias "urip mung sawang sinawang (istilah jawa)-hidup itu hanya saling memandang dan melihat orang lain". Coba Anda bisa mengolah kondisi sikap, perilaku dan perasaan Anda di tempat yang sudah Anda pilih, yakinlah suatu saat Anda akan mendapatkan apa yang tidak jauh dari harapan Anda.
Setelah Anda membaca tulisan ini, saya harap Anda akan menjadi manusia yang mampu memilih dengan penuh tanggungjawab, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, serta bersikap dan berpikir realitis saat menemukan suatu masalah. Bertindaklah dengan positif yang bisa memberikan kontribusi lebih bermanfaat untuk diri Anda sendiri dari pada hanya sekedar mengeluh. Mari menjadi pemilih yang cerdas untuk diri kita sendiri. Menjadi pemilih yang bertanggunjawab pada pilihannya, menjadi pemilih yang mampu bersikap realistis, dan pemilih yang sejalan dengan nilai kebenaran yang berlaku secara universal di sekitar diri Anda.



Comments