DETEKSI BERITA HOAX DENGAN M2C


Informasi-Berita pada era saat ini memiliki jangkauan tanpa batas. Mereka menembus batas waktu dan tempat, membidik setiap orang di belahan bumi dengan gampangnya. Dengan memanfaatkan fasilitas jaringan internet, berbagi informasi-berita mudah untuk dilakukan dalam hitungan detik, seketika sudah sampai pada belahan bumi lainnya. Terlebih dengan semakin menjamurnya media sosial di masyarakat, share berita antar satu orang ataupun kelompok menjadi piramida informasi-berita yang tak kunjung putus. Satu orang berbagi dengan satu group, dan satu orang dalam group media sosial akan berbagi dengan group lain ataupun individu lain. Demikian terus menerus informasi-berita terbagi ke semua orang tanpa pilih-pilih. Makin mudahnya akses mendapatkan dan membagikan informasi-berita, ternyata tidak serta merta disertai dengan terjaminnya kebenaran informasi-berita tersebut. Informasi-berita sumber anonim makin merajalela, tidak ada penanggungjawab yang jelas atas informasi-berita tersebut. Jika pun ada nama dan kontak yang tertera sebagai penanggungjawab informasi-berita, nama dan kontak itupun masih dipertanyakan siapa dia. Informasi-berita sumber anonim tersebar dengan cepatnya melalui sms, sharing status facebook, sharing chating line, sharing group whatsapp ataupun melalui media sosial lain yang dimiliki oleh masing-masing individu. Pernah juga ditemukan berita hoax yang menghoaxan sebuah informasi-berita yang ternyata berita tersebut bisa dibilang sebagian hoax dan sebagian tidak, adapun informasi-berita tersebut yaitu tentang dibukanya formasi CPNS Umum di salah satu kementerian RI. Sebenarnya saat itu yang tersebar adalah draft sejumlah usulan formasi CPNS umum yang belum sah dan belum disetujui untuk disebarluaskan. Tetapi, ada beberapa oknum yang tidak tahu siapakah oknum tersebut menyebarluaskan informasi sebelum proses final persetujuan akan draft yang dimaksudkan. Karena sudah terlanjur tersebar ke masyarakat luas, tiba-tiba munculah berita dari media cetak terkenal dan terpercaya memberitakan berita formasi CPNS umum tersebut adalah hoax. Selang beberapa saat, kemudian munculah pengumuman resmi bahwa ada pembukaan formasi CPNS umum di salah satu kementerian RI. Pertanyaan sebenarnya yaitu mana berita hoax, mana berita valid dan mana berita hoax yang juga menghoaxan berita? Seseorang dengan pendidikan tinggi bukan jaminan bahwa dia tahu informasi-berita tersebut hoax atau asli. Perlu ketelitian untuk memilah sumber informasi-berita, perlu pemahaman menyeluruh tentang isi informasi-berita sehingga dapat menyimpulkan logis dan tidaknya informasi-berita, mengetahui dengan baik singkronisasi informasi-berita sebelumnya yang memang sudah ada dengan informasi-berita yang mendadak ada, serta perlu mengetahui kemana dan siapakah ahli/ pihak/ instansi yang dapat dimintai keterangan tentang keaslian informasi-berita tersebut. Lalu bagaimana dengan peserta didik saat ini yang masih duduk di SD,SMP, SMA sederajat? Apakah mereka mampu membedakan manakah informasi-berita hoax dan asli? Sedangkan saat ini kehidupan sehari-hari mereka dipastikan 75% berteman dengan gadget dengan akses media sosial yang tinggi. Bagaimana jika mereka menemukan informasi-berita yang kurang tepat? Atau bahkan salah dan jauh dari kata benar? Contoh sederhanya adalah saat mereka membuka aplikasi BBM dan menemukan quote word yang bertentangan dengan nilai-nilai kebenaran baik dari sisi norma maupun agama. Bukankah itu sangat menghawatirkan? Mereka tidak tahu sumber quote word tersebut, namun mereka percaya dengan orang yang mengunggahnya di status BBM. Coba bayangkan bagaimana pola pikir mereka untuk beberapa tahun kedepan dengan banyaknya masukan-masukan informasi-berita yang kurang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya? Melihat kurikulum terbaru, siswa dituntut untuk mencari-mendapatkan informasi-berita sebanyak dan seluas mungkin yang berhubungan dengan materi pelajaran di sekolah. Lalu bagaimana dengan pemahaman dan pengetahuan mereka jika tidak bisa membedakan informasi-berita yang hoax dan benar? Pemahaman siswa menjadi kacau, rancu karena tidak mampu membedakan manakah informasi-berita yang benar akan hasil mencarinya atau dari buku yang disajikan oleh guru di sekolah? Alih-alih bisa terjadi pertentangan adu pendapat berahir dengan hilangnya kepercayaan siswa dengan seseorang atau bahkan dengan hal yang disampaikan oleh guru di kelasnya. Sebagai seorang pendidik, melihat kondisi demikian turut prihatin dan berpikir bagaimana langkah strategis untuk membantu siswa mendapatkan informasi-berita dengan tepat serta bisa membelajarkan siswa untuk tahu mana berita yang dapat dipercaya dan mana berita hoax. Untuk dapat membantu siswa mengenali informasi-berita dengan baik, perlu digunakan rumus M2C. M2C adalah akronim untuk Membaca, Menganalisis dan Meng Compare atau membandingkan. Langkah pertama yang harus dilakukan saat mendapatkan informasi-berita yaitu membaca. Tuntaskanlah membaca informasi-berita dari sumber manapun yang telah didapatkan. Hindari membaca hanya setengah-tengah dari sebuah artikel ataupun buku yang menyajikan informasi-berita yang justru menimbulkan praduga yang kurang dapat dibuktikan. Bisa saja langsung menganggap informasi-berita yang dibaca benar atau bahkan langsung menilai informasi-berita tersebut adalah hoax. Membaca dengan utuh sebuah informasi-berita akan memberikan dan memudahkan kita menemukan berita yang tepat atau berita yang ternyata dipertanyakan dan terasa ganjil. Langkah kedua yaitu menganalisis informasi-berita yang telah kita baca secara utuh. Menganalisis adalah bagan sangat penting saat membaca sebuah informasi-berita dari media manapun. Analisis ini mencakup tentang bagaimana tata tulis berita, tata bahasa berita, ketepatan penggunaan istilah dalam informasi-berita, kapan waktu dibuatnya berita, siapa pembuat berita, dan sumber informasi-berita atau website ataupun percetakan yang memuat informasi atau berita tersebut. Bahkan, jika perlu kita cari terlebih dahulu profil pembuat informasi-berita. Cukup mudah kita bisa mendapatkan profil seseorang dengan kualitas informasi-berita yang terpercaya dengan memanfaatkan search engine google. Kita cukup mengetikan nama si penulis lalu tekan enter dan bacalah dengan baik profil orang tersebut. Perlajarilah tentang profil sipenulis informasi-berita. Apakah menurut kita orang dengan profil tersebut layak dan luwes menulis berita itu? Apakah orang tersebut memiliki pengetahuan yang mumpuni tentang hal itu? Ini sangat penting untuk dapat dijadikan bahan pertimbangan kebenaran dan nilai pertanggungjawaban dari si penulis tentang informasi-berita yang ia tuliskan. Langkah terahir dari M2C yaitu compare atau membandingkan. Proses membandingkan adalah proses memadukan dan mengakitkan informasi-berita yang kita baca dari satu sumber dengan sumber lain. Atau bahkan bisa dari website resmi yang bersangkut dengan berita tersebut. Sebagai contoh, kita menemukan berita di koran atau media lain bahwa pada barang atau makanan x mengandung bahan yang berbahaya bagi kesehatan dan tidak perlu dikonsumsi. Hal pertama yang bisa kita lakukan adalah mengcompare dari sumber berita lain. Dengan mudah bisa cari di google dengan kata kunci “makanan x mengandung berbahaya”, kemudian pilihlah sumber berita atau website yang terpercaya dan diakui pemerintah. Cara lain bisa kita lakukan dengan langsung mengunjungi website produsen makanan x. Bisa jadi di laman produsen x sudah terpampang pengumuman tentang klarifikasi informasi-berita yang tersebar dan dibuat oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Sedangkan untuk membandingkan yang terahir yaitu coba kita hubungi saja dokter online yang saat ini sudah menjamur diinternet. Kita bisa menanyakan terkait informasi-berita yang sudah dibaca dan meminta klarifikasi tentang berita tersebut. M2C hanya cara sederhana yang bisa dilakukan oleh siapapun untuk memastikan bahwa informasi-berita yang kita baca benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal selanjutnya adalah tentang seberapa peduli kita atau bahkan siswa kita tentang informasi-berita yang dibacanya. Jika memang kurang peduli dengan pengetahuannya sendiri, tidak perlu repot-repot mencari kebenaran akan sebuah informasi-berita. Namun jika suatu saat kita merasa dibohongi dan dibodohi oleh sebuah informasi-berita, tolong tanyakan pada diri kita sendiri “kenapa dulu saya acuh”.

Comments