RESILIENSI
Pernahkah anda merasakan hidup pada kondisi yang cukup tertekan, penuh dengan masalah, atau cukup membuat stres. Apakah Anda berasal dari keluarga yang kurang beruntung dari sisi ekonomi, atau Anda berasal dari korban broken home, atau tinggal dengan keluarga yang kurang harmonis, atau lingkungan disekitar Anda banyak konflik, atau anda terlalu sering mendapati masalah hidup dalam keseharian, atau anda sering mengalami rasa menyebalkan saat di sekolah, atau anda mengalami rasa banyak tekanan selama daring, atau anda merasa hidup anda kurang beruntung? Atau minimal Anda pernah mengalami masalah yang benar-benar membuat anda saat itu jatuh pada posisi paling rendah dalam hidup,dalam artian hidup seakan mendadak tidak berarti? Jatuh sejatuh jatuhnya. Pada saat anda mengalami kondisi tersebut, saya yakin anda sedang merasakan sedih yang mendalam dengan berbagai macam rasa penyertanya. Pada saat yang bersamaan, saya juga meyakini anda saat itupun sedang memperjuangkan bagaimana anda bisa bangkit dari rasa terpuruk tersebut. Saya tidak tahu secarapasti bagaimana anda memperjuangkan diri anda untuk bangkit, yang saya yakini Anda pasti telah berjuang keras untuk hal sederhana mampu berkata“Aku Kuat, Aku Mampu Melewati, Aku Bisa Lebih, Aku Bisa Membuktikan, Aku akan tunjukan, Aku akan membahagiakan mereka, aku bisa hidup lebih baik, Aku yakin dan Aku Bisa”. Begitu kiranya petikan beberapa kata yang sebenarnya jadi point penting pada masalah pelik yang kita alami dalam hidup ini. Dan saya percaya anda pun telah beberapa kali melewatinya, buktinya anda sekarang masih bertahan hidup dan mampu membaca tulisan ini dengan baik.
Tahukah kalian, sebenarnya masing-masing dari kita memiliki kekuatan untuk memperjuangkan,bertahan, memperbaiki kualitas hidup, tetap kuat dalam berbagai macam tekanan kehidupan? Meski kemampuan tersebut pada masing-masing orang berbeda kualitasnya?. Resiliensi, iya itulah istilah dalam psikologi untuk kemampuan tersebut. Kemampuan resiliensi membuat kita mampu bertahan dalam cobaan hidup, tekanan dan memperbaiki kualitas hidup menjadi posisi hidup yang lebih menguntungkan baik secara psikologis ataupun secara materialis. Berikut beberapa petikan pengertian tentang resiliensi dari beberapa pakar:
Menurut Reivich dan Shatte (2002: 1), resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika berhadapan dengan kesengsaraan atau trauma, yang diperlukan untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Secara sederhana Jackson dan Watkin mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan untuk beradaptasi dan tetap teguh dalam situasi sulit.
Samuel (dalam Nurinayanti dan Atiudina, 2011: 93) mengartikan resiliensi sebagai kemampuan individu untuk tetap mampu bertahan dan tetap stabil dan sehat secara psikologis setelah melewati peristiwa-peristiwa yang traumatis. Sedangkan Nurinayanti dan Atiudina (2011: 93) mendefinisikan resiliensi sebagai kemampuan untuk beradaptasi secara positif ketika dalam kondisi yang tidak menyenangkan dan penuh resiko.
Resiliensi secara umum mengarah pada pola adaptasi positif selama atau sesudah menghadapi kesulitan atau resiko. Resiliensi adalah ide yang mengacu pada kapasitas sistem dinamis untuk bertahan atau pulih dari gangguan (Masten, 2007). Meningkatkan resiliensi adalah tugas yang penting karena hal ini dapat memberi kan pengalaman bagi manusia dalammenghadapi tantangan dan kesulitan hidup. Dengan meningkatkan resiliensi,manusia dapat mengembangkan ketrampilan hidup seperti bagaimana berkomunikasi, kemampuan yang realistik dalam membuat rencana hidup dan mampu mengambil langkah yang tepat bagi hidupnya (Fernanda Rojas, 2015). Mereka akan mengembangkan cara untuk mengubah keadaan yang penuh tekanan menjadi sebuah kesempatan untuk pengembangan diri pribadi.
Resiliensi adalah indikator keberlanjutan kehidupan seseorang yang hidup di dalam situasi yang menyulitkan. Ketika seseorang berada pada situasi yang sulit seseorang cenderung tertekan dan berada pada masa kritis.
Konsep resiliensi dapat dilihat pada Gambar 1, Titik A menunjukkan titik stabil artinya situasi pada titik A menggambarkan situasi normal. Sejumlah tekanan yang terjadi dapat membawa pindah ke titik B, yang merupakan situasi kritis atau koma di dalam istilah medis. Ketika tekanan terjadi secara terus menerus maka hal ini dapat menyebabkan situasi dapat berpindah kepada sesuatu yang terburuk, yaitu situasi dapat menyebabkan kematian (titik C). Pada ilustrasi tersebut ketahanan digambarkan dari titik A ke B.
Pada saat seseorang berada pada titik B atau kondisi kritis, maka sebuah tindakan perlu dilakukan untuk mempertahankan agar hal tersebut tidak berpindah ke titik C. Perlu adanya upaya yang dilakukan untuk mempertahankan posisi pada masa kritis agar tidak menjadi mati. Lebih jelasnya diilustrasikan pada gambar 2 berikut.
Langkah-langkah berikutnya harus menciptakan cara-cara mengembalikan kepada situasi berkelanjutan (Titik A). Hal ini ditunjukkan pada Gambar 3 di bawah ini. Perlu adanya upaya-upaya yang dilakukan agar tidak berada pada titik kritis secara terus menerus dan dapat kembali pada titik A, upaya tersebut diilustrasikan oleh garis biru pada gambar di bawah ini untuk dapat membawa kembali pada titik A.
Jadi, apakah kalian pernah menggunakan kemampuan resiliensi kalian untuk menghadapi tekanan hidup? Kira-kira apa saja sih yang mempengaruhi kemampuan resiliensi pada tiap individu?
Source:
Ariviyanti Nur & Wisnu Pradoto, Jurnal Teknik PWK Volume 3 Nomor 4 2014. Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
Tanti Utami, Cicilia & Avin FadilaHilmi, 2017. Self-Efficacy dan Resiliensi: Sebuah Tinjauan Meta-Analisis. Buletin Psikologi. Online https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi
Kamu pengin tahu kemampuan resiliensi kamu? Isi kuesioner link berikut ini.
Comments