Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas
berupa tugas perkembangan yang mesti dilalui sesuai dengan tahap
perkembangannya. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui
proses pendidikan. Harapannya setiap siswa memperoleh pendidikan secara wajar
menuju proses pendewasaan. Proses pendewasaan hakikatnya adalah tugas keluarga
dengan lingkungan yang kondusif. Kendatipun demikian sekolah merupakan salah
satu lembaga yang membantu proses pendewasaan serta membentuk manusia muda menuju
kematangan. Perhatikan gambar ilustrasi perbandingan antara EQ & IQ
Dalam pembelajaran di sekolah sering ditemukan siswa
yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Terdapat siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi
tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang
walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar
yang relatif tinggi. Oleh karenanya taraf inteligensi bukan merupakan
satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor
lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2001 : 44), kecerdasan intelektual
(IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan
faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional
Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Fenomena di sekolah yaitu banyak siswa yang tidak dapat mengontrol emosinya atau bersikap agresif, seperti kasar terhadap orang lain, sering bertengkar, bergaul dengan anak-anak bermasalah, membandel di rumah dan di sekolah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok dan bertemperamen tinggi. Selain itu para siswa yang memasuki fase remaja di sekolah banyak yang merasa cemas dan depresi, hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku seringkali merasa takut, sering merasa gugup dan sedih, serta selalu merasa tidak dicintai oleh lingkungan sekitar. Dalam pergaulan sosial banyak siswa yang menarik diri dari pergaulan, seperti lebih suka menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, bermuka muram dan kurang bersemangat, merasa tidak bahagia dan terlalu bergantung kepada sesuatu. Permasalahan lain dalam hal perhatian dan berfikir yaitu banyak diantara siswa yang tidak mampu memusatkan perhatian dengan baik atau duduk tenang, seringkali melamun, bertindak tanpa berfikir, bersikap terlalu tegang sehingga tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar, sering mendapatkan nilai buruk di sekolah serta tidak mampu membuat fikiran menjadi tenang.
Individu yang memiliki kemampuan kecerdasan emosional yang lebih baik, dapat menjadi lebih terampil dalam menenangkan dirinya dengan cepat, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, lebih baik dalam berhubungan dengan orang lain, lebih cakap dalam memahami orang lain dan untuk kerja akademis di sekolah lebih baik (Gottman, 2001, dalam Nurnaningsih, 2011). Secara umum EQ (Emotional Quotient) berperan lebih penting daripada IQ (Intelligence Quotient). Anak-anak yang tumbuh dengan EQ tinggi berani untuk mengambil karir yang menantang dan membangun hubungan yang memuaskan. Semakin banyak kalangan pendidik mengakui bahwa siswa yang menerima pendidikan akademis semata, tetapi kurang pendidikan Kecerdasan Emosional, maka kemungkinan kurang mampu menghadapi tantangan masa depan, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kecerdasan emosi merupakan kunci utama dalam meraih kesuksesan dan kebahagiaan.
Pengertian
Emosi dan Kecerdasan Emosional
Emosi adalah
rangsangan untuk bertindak. Tingkat Emosi yang tinggi seperti cinta, rasa takut
atau marah mudah untuk diidentifikasi. Ada beberapa emosi yang kompleks dan
karena itu sulit untuk mengenalinya. Beberapa dapat berlangsung selama beberapa
menit saja, tapi ada yang sampai berminggu-minggu lamanya. Emosi
menggambarkam perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda.
Dengan kata lain, emosi adalah naluri bertahan hidup yang penting. Semua
manusia memiliki pengalaman emosional
yang sama dengan manusia lainnya, perbedaannya hanyalah masing-masing manusia
memiliki kapasitas yang berbeda dalam memikirkan dan mengendalikan emosi.
Menurut Goleman (2001), kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan
inteligensi (to manage our emotional life with intelligence), menjaga
keselarasan emosi dan pengungkapan-nya (the appropriateness of emotion and
its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri,
motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Lebih jauh lagi Goleman
mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman
bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang
lain, dan membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosi merupakan
kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri
dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif dan diukur dari self
awareness yang merupakan kemampuan seseorang
untuk mengetahui perasaan dalam dirinya, self management yaitu merupakan
kemampuan menangani emosinya sendiri, motivation adalah kemampuan
menggunakan hasrat untuk setiap saat membangkitkan semangat dan tenaga, empathy
merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, relationship
management merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan
dengan orang lain.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan emosional adalah kemampuan individu dalam mengenali, memahami perasaan dirinya dan orang lain, mengendalikan perasaannya sendiri, menjalin hubungan serta memotivasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik (Ana Setyowati, dkk, 2009).
Manfaat
dan Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan Emosional
Beberapa
penelitian telah menunjukkan pentingnya seseorang memiliki kecerdasan
emosional. Hasil penelitian Gottman (1997)
menunjukkan fakta bahwa pentingnya kecerdasan emosional dalam berbagai aspek
kehidupan. Dengan mengaplikasikan kecerdasan emosional dalam kehidupan akan
berdampak positif baik dalam kesehatan fisik, keberhasilan akademis, kemudahan
dalam membina hubungan dengan orang lain, dan meningkatkan resiliensi. Individu
yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu menghadapi tantangan dan
mempertahankan semangat hidup (Patton, 1998).
Mengembangkan
kecerdasan emosional dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memahami dan
mengelola perasaannya sendiri dan orang lain, dan menggunakan informasi
tersebut sebagai pedoman untuk mempersiapkan kepada yang lebih baik, membuat
keputusan yang lebih baik, berpikir lebih kreatif, memotivasi diri sendiri dan
orang lain, dan menikmati kesehatan yang lebih baik, hubungan yang lebih baik
dan kehidupan yang lebih bahagia. Walaupun prestasi akademik sangat penting,
ada banyak hal-hal lain yang lebih penting dalam hidup kita. Kestabilan
emosional tidak hanya berkontribusi pada prestasi akademik, tetapi juga pada
kesehatan fisik yang lebih baik, keluarga bahagia dan pengalaman kerja yang
memuaskan dalam hidup kita.
Anak-anak yang
memiliki Kecerdasan Emosional (EQ) yang tinggi biasanya lebih menonjol dari
yang lain. Mereka lebih baik dalam mengendalikan dorongan hati, komunikasi,
dalam membuat keputusan bijaksana, dalam memecahkan masalah, dan bagaimana
bekerja dengan orang lain, yang mengakibatkannya lebih sehat, lebih bahagia dan
lebih sukses kehidupannya.
Dibandingkan
dengan IQ, EQ seorang anak bisa dipupuk oleh berbagai metode terbukti secara
ilmiah. Orang yang memiliki kecerdasan emosi bisa memahami orang lain dengan
baik dan membuat keputusan dengan bijak. Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait
erat dengan bagaimana seseorang dapat mengaplikasikan apa yang ia pelajari
tentang kebahagiaan, mencintai dan berinteraksi dengan sesamanya.
Emosi berkaitan dengan keputusan dan tindakan. Kecerdasan emosional begitu penting untuk dikembangkan dan dibangun, karena kecerdasan emosional memberikan seseorang keteguhan untuk bangkit dari kegagalan, juga mendatangkan kekuatan pada seseorang untuk berani menghadapi ketakutan. Tidak sama halnya seperti kecerdasan otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir pada setiap orang dan bisa dikembangkan.
Langkah-langkah Mengembangkan
Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2007) mengungkapkan
lima langkah dalam kecerdasan emosional, yaitu:
a. Mengenali
emosi diri
Mengenali emosi adalah kemampuan untuk memantau
perasaan dari waktu ke waktu dan kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan
itu terjadi.
b. Mengelola
emosi
Mengelola emosi adalah kemampuan untuk menguasai
perasaannya sendiri agar perasaan tersebut dapat diungkapkan dengan tepat.
c. Memotivasi
diri sendiri
Memotivasi diri sendiri adalah kemampuan untuk menggerakkan
dan menuntun menuju tujuan.
d. Mengenali
emosi orang lain (empati)
Empati bukan hanya untuk mengetahui pikirannya saja
melainkan juga perasaan orang lain.
e. Membina
hubungan
Membina hubungan adalah kemampuan seseorang untuk
membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, sebagian besar merupakan
keterampilam mengelola emosi orang lain.
Lalu, seperti apa keadaan emosional yang baik? Berikut adalah ciri-ciri keadaan emosional yang baik (dalam http://www.nanlimo.com ) : (a) Dapat mengutarakan perasaan dengan jelas dan langsung, (b) Lebih bisa mengendalikan dorongan-dorongan dan keinginan, (c) Tidak didominasi oleh emosi negatif seperti rasa takut, kekhwatiran, rasa bersalah, rasa malu, kekecewaan, rasa putus asa, merasa tidak berdaya, pembohongan, dan putus Asa, (c) Bisa menyeimbangkan perasaan dengan alasan, logika, dan kenyataan, (d) Percaya diri dan Independen (mandiri), (e) Bisa Memotivasi diri, (f) Optimistis, (g) Mengerti perasaan orang lain, (h) Pembelajar yang baik, (i) Lebih bertanggung jawab, (j) Mampu bertahan melawan tekanan, (k) Mampu menyelesaikan konflik dengan baik, (l) Memahami rasa putus asa dengan baik, (m) Tidak terlibat dalam perilaku yang merusak diri seperti narkoba, alcohol, (n) Memiliki lebih banyak teman.
Berikut link Laiseg/Tugas: http://gg.gg/Laiseg-BK .
Sumber:
Ana Setyowati, dkk, 2009. Hubungan antar Kecerdasan Emosional dengan
Resilisiensi Pada Siswa Penghuni Rumah Damai
Goleman. 2001. Kecerdasan Emosi
untuk Mencapai Puncak Prestasi. Alih Bahasa: Widodo, A.T. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Gottman, J., & DeClaire, J. 1997.
Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Alih
Bahasa: T. Hermaya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
No Name. 2010. Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional. Online Accesed [16/07/2012]
at http://www.nanlimo.com
Nurnaningsih. 2011. Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan
Kecerdasan Emosional Siswa. Jurnal Pendidikan ISSN
Patton, P. 1998. Emotional
Intelligence. Alih Bahasa: Zaini Dahlan. Jakarta: Pustaka Delapratasa.
Comments